Rabu, 29 Juni 2011

Efek kosmetik

Efek Samping Kosmetik
Seiring dengan semakin berkembangnya produk2 kosmetik, baik kosmetik rias atau perawatan, yg beredar dipasaran bebas maupun klinik2 kecantikan, telah memberikan lebih banyak pilihan bagi para pemakai / masyarakat luas. Gencarnya publikasi baik yang berupa iklan di media massa/ elektronik ataupun yang bersifat non formal (dari mulut ke mulut) semakin menggoda untuk mencoba berbagai produk secara bergantian dengan tujuan untuk mencapai hasil yg ditawarkan secara cepat.
Tuntutan untuk berpenampilan lebih baik, nampak sehat, segar dan bersih bersinar memang sudah menjadi suatu kebutuhan. Usaha2 untuk mencapai ini semua, setidaknya dilakukan secara rasional, dan bila dirasakan mulai bermasalah, sebaiknya dating berkonsultasi pada ahlinya sehingga bisa mendapatkan solusi yang tepat
Kosmetika ideal : bebas dari sifat-sifat komedogenik, aknegenik, iritan dan alergenik.
Kondisi yan tidak mungkin tercapai.
Komedogenik à Menimbulkan Komedo
Acnegenik à Menimbulkan Jerawat

Iritasi à Tergantung pada
1. keutuhan kondisi stratum corneum
(sel lapisan tanduk)
2. konsentrasi bahan iritan
3. lama kontak

Alergenik à Sering terjadi pada kulit /bagian kulit yang sensitive
Pemakaian bahan apapun, mempunyai resiko munculnya sesuatu hal yang tidak diharapkan, yang disebut efek samping. Efek samping, ada yang bisa diperkirakan berdasarkan bahan aktifnya, ada yg tidak bisa diperkirakan. Dan semua itu sifatnya sangat individual, artinya tergantung pada sensitifitas kulit tiap2 orang.
Berbagai reaksi efek samping yang sering muncul :
  1. Akne Kosmetika
Bentukkan menyerupai jerawat biasa, yang muncul setelah pemakaian suatu bahan. Biasanya mruntus kecil2, menyebar ditepian wajah, kadang2 terasa gatal.
  1. Dermatitis Kontak Alergi
Kulit menjadi merah, gatal, terkadang bentol2 bisa sampai bengkak yang dirasakan kulit menebal dan kaku. Reaksi ini muncul setelah ebberapa kali (>1x) pemakaian.
  1. Dermatitis Kontak Iritan
Kulit menjadi merah, pedih atau panas, mengelupas bisa sampai retak2 dan bengkak2 yang juga dirasa sebagai kulit menbal, kaku dan kencang. Reaksi ini dapat langsung muncul pada pemakaian pertama atau setelah beberapa kali.
  1. Dermatitis Foto Kontak Alergi
Reaksi yang umumnya terjadi di area yang terpapar sinar matahri dan sebelumnya sudah diolesi bahan penyebab alergi. Sedangkan bag kulit yg lain diolesi bhn yg sama namun tdk terpapar sinar matahari, tdk terjadi apa2.
  1. Munculnya bercak2 coklat – hitam
Disebabkan oleh bahan2 tertentu yg dipakai terus menerus dalam jangka waktu lama. Biasanya kejadian ini dipengaruhi juga oleh tipe warna kulit (lebih gelap, lebih cepat atau mudah timbul).
Kondisi2 tersebut diatas perlu diketahui masyarakat luas sehingga bila bisa lebih awal mengantisipasi kejadian efek samping tersebut dan segera menghentikan bahan yg sedang dipakai, bila perlu minta pertolongan dokter.
Cukup memprihatinkan, ada anggapan bahwa terjadinya efek samping seperti reaksi alergi dan iritasi (yang seringkali terjadi bersamaan) merupakan suatu proses perawatan kecantikan yang harus dilalui sebelum menjadi lebih bagus. Bahkan sampai terjadi pembengkakan, pemakaian tetap dilanjutkan. Hal2 seperti ini harus diluruskan dan dipahami betul oleh masyarakat luas
Setelah mengetahui banyaknya kemungkinan efek samping yang timbul akibat pemakaian kosmetik, terdapat beberapa kiat yang harus kita perhatikan untuk mencegah atau setidaknya meminimalisir hal tersebut:
1.Sebelum memakai suatu produk kosmetika, bacalah terlebih dahulu aturan pakainya dan periksa dengan cermat apakah terdapat tanda peringatan yang tercantum pada label kemasan.
2. Bila Anda pernah mengalami alergi terhadap bahan kimia tertentu maka bacalah dengan seksama kandungan bahan yang tertera dalam kemasannya. Bila Anda sedang mengalami alergi, sebaiknya jangan menggunakan kosmetik apapun karena hal ini justru akan memperparah gejala alergi yang Anda derita.
3. Sebelum pemakaian pertama kali, ada baiknya dilakukan uji tempel/patch test terlebih dahulu, khususnya untuk produk pengecat rambut, deodoran, dan parfum. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan sejumlah kecil produk pada kulit bagian belakang telinga ataupun lipatan siku lengan selama 24 jam. Bila tidak timbul tanda-tanda alergi berarti produk kosmetik tersebut aman digunakan.
4. Hindari memakai produk yang sudah kadaluarsa. Perhatikan juga apakah terdapat simbol PAO /Period After Opening. Simbol berupa pot kosmetik yang terbuka ini, menunjukkan berapa lama kosmetik tersebut dapat digunakan dengan aman setelah kemasannya dibuka untuk pertama kali. Contohnya, bila tertulis 12M berarti kosmetik tersebut dapat digunakan selama 12 bulan setelah kemasannya dibuka untuk pertama kali.
5. Jangan memakai kosmetik pada kulit dengan luka yang terbuka atau sedang mengalami iritasi, karena hal ini akan mengakibatkan terabsorpsi/terserapnya bahan kimia kosmetik ke dalam darah sehingga cenderung menimbulkan efek samping.
6. Dianjurkan untuk memakai kosmetik (terutama make-up) seperlunya saja dan pada waktu istirahat ataupun berada di rumah sebaiknya bebas dari kosmetik. Hal ini dikarenakan pada dasarnya semua bahan kimia dalam kosmetik dapat mengakibatkan efek samping bila dipakai dalam jangka waktu yang lama.
7. Bila timbul efek yang tidak diinginkan pada kulit, kuku maupun rambut, curigalah! Mungkin salah satu produk kosmetik yang Anda gunakan merupakan penyebabnya sehingga hentikan segera pemakaiannya. Bila efek samping masih berlanjut, sebaiknya hubungi tenaga medis untuk mendapatkan perawatan.
Meskipun terlihat sederhana dan ringan, efek samping kosmetik sebaiknya tidak dianggap remeh. Karena, di samping yang telah diuraikan, efek samping yang terjadi tidak hanya efek lokal pada area pemakaian kosmetik tetapi dapat juga mengenai area lain, misalnya gangguan pernafasan akibat pemakaian spray rambut, dan bahkan dapat bersifat sistemik pada pemakaian jangka panjang seperti gagal ginjal pada pemakaian kosmetik pemutih yang mengandung merkuri, tangan gemetaran/tremor pada penggunaan shampoo antiketombe selenium sulfida serta kanker kronis, walaupun sesungguhnya efek samping seperti ini jarang ditemui. Oleh karena itu, selalu waspadalah terhadap efek samping kosmetik

Efek Pengecatan Rambut

Cat rambut bukan lagi identik dengan menutupi uban rambut. Di kalangan yang berhati muda, baik wanita maupun pria, mengecat rambut lebih sering diangggap sebagai eksperimen untuk tampil beda dan fashionable. Kebiasaan ini bahkan sudah mengakar dan merupakan rutinitas layaknya memotong atau mencuci rambut.*ups, ketahuan* Dalam setahun rambut bisa berganti warna 2-5 kali.






Amankah kalau cat rambut begitu sering mampir ke kepala kita, mengingat daftar bahan kimawi yang tecantum pada label cukup panjang?

Riset tentang kaitan cat rambut dan kanker telah dilakukan sejak tahun 70an. Cat rambut merupakan bahan kosmetik yang paling banyak diteliti. Bepuluh-puluh penelitian telah memastikan dan menyingkirkan risiko pada gangguan kandung kemih, kanker payudara, tumor otak, dan non-hodgkin’s lymphoma (kanker ganas pada kelenjar). Karena itu risiko mendapat kanker karena cat rambut sangat kecil sehingga tak perlu dikhawatirkan.

REAKSI SAMPING BAHAN
Meskipun demikian masih ada beberapa hal lan yang perlu dipertimbangkan. Bermacam-macam reaksi bisa terjadi pada kulit sensitif. Ada berbagai macam metode mengecat rambut. Praktik yang umum sekarang ini, rambut di bleaching terlebih dahulu sebelum dicat. Dalam bleaching, rambut dikerok dan ditipiskan agar zat berwarna mudah masuk ke dalam rambut. Bleaching, secara otomatis menggunakan bahan ammonia. Bahan kimiawi aktif ini, dapat mengakibatkan kerontokan dan kebotakan. Lagipula saat dipakaikan kulit akan terasa perih. Selain ammonia ada bahan-bahan lain yang perlu diwaspadai, antara lain p-phenylenediamine (PPDA), rhodamin B, dan hydroquinon. Jika mengenai kulit, PPD yang merupakan alergen atau zat pencetus alergi bisa menyebabkan kelopak mata bengkak atau gatal-gatal, serta merah-merah sekeliling garis rambut. PPD dicampurkan dalam konsentrasi lebih pekat pada cat rambut yang gelap warnanya.

Jadi waspadalah jika anda mengecat rambut anda dengan cat rambut cokelat atau hitam.
Sementara itu cat rambut pirang pun bisa membuat kulit pecah-pecah, kulit kepala terasa panas dan kepala jadi pusing yang disebabkan oleh pemutih peroxide dan amonia. Amonia bermanfaat untuk penetrasi cat ke dalam rambut. Amonia seharusnya dihindari. Biasanya kandungan amonia tercantum pada label. Jadi sebaiknya pemakai cat rambut memeriksa label dan tidak pasrah begitu saja kepada salon atau penata rambut.

HENNA YANG ALAMI
Agar aman, cat rambut dipilih sealami mungkin. Kendala memakai bahan alami seperti kemiri san minyak cem-ceman yang diramu dari beberapa bahan alami seperti nenek moyang kita adalah tidak praktis dan tidak memberikan efek yang memusakan karena cepat luntur.
Satu-satunya cat rambut yang benar-benar alami adalah henna, itupun hanya berlaku untuk henna warna jingga-merah yang tidak sesuai untuk banyak orang.

Memang, yang namanya produk olahan pasti ada campuran bahan kimianya. Yang perlu diperhatikan jika memakai henna, rambut akan sulit diganti dengan warna lain karena pori-pori rambut menjadi lebih rapat. Berlabel alami belum tentu aman.
Meskipun begitu, memilih cat warna herba masih lebih menguntungkan bagi kesehatan rambut. Paling tidak, cat rambut herba biasanya bebas ammonia dan recorcinol (membantu menyesuaikan tone rambut tapi merusak kulit kepala). Cat rambut alami yang juga sangat rendah kandunga PPD dan paraben – pengawet yang mempunyai efek negatif pada hormon.

S.O.S Rambutmu!!

Kenali jenis kulit anda tergolong sensitif atau tidak. Kulit kepala yang sensitif mudah berketombe, terasa gatal yang bisa merembet ke kulit muka dan bahkan menimbulkan radang kulit.
Kalau tidak yakin apa efek cat rambut yang akan dipakai, mintalah proteksi sebelum rambut dicat dengan pemberian serum pada kulit dan rambut
Lakukan uji sensitivitas terlebih dahulu sebelum memakai cat rambut.
Untuk mencegah kerontokan rambut, imbangi dengan perawatan rambut lewat creambath atau hair spa dengan memberi nutrisi pada rambut sekaligus membuat rambut relaks untuk merangsang regenerasi sel-sel rambut.
Jangan terlalu sering mengecat rambut. Lakukan tiga bulan sekali.
Dan sekali lagi, jangan lupa membaca label untuk mengetahui kandungan bahan dalam cat rambut.